Oleh :
Usup 

Permasalahan kepemimpinan bangsa masih menjadi bahan hangat dan nikmat untuk diperbincangkan. Banyak diantara masyarakat yang menganggap keberhasilan bangsa sangat bergantung besar pada sosok pemimpinnya. Sifat dan sikap kepemimpinan dari seorang pemimpin bangsa adalah refleksi dari keadaan bagsa yang sedang dipimpinnya. Memang Indonesia sudah banyak orang pintar, namun juga tidak sedikit yang pinter nanging keblinger. Di era globalisasi terkadang kita berani melupakan kearifan lokal kita sendiri. Kita terkadang merasa kecil dengan budaya sendiri dibanding gaungan modernisme dari negara asing. Termasuk dalam hal menyikapi sikap kepemimpinan yang ditubutuhkan bangsa Indonesia saat ini. Tak sedikit dari generasi muda yang berduyung-duyung mengidolakan sosok pemimpin barat daripada pemimpin bangsa sendiri dan tak sedikit pula yang mengiblat pada pemikiran-pemikiran bangsa lain mengenai kepemimpinan. Sejatinya tidaklah jauh-jauh ke negeri seberang atau pun bahkan sampai ke negeri antah berantah jikalau hanya untuk mengetahui karateristik pemimpin yang dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia saat ini. Siapa yang tidak ingat dengan Sang Patih Gadjah Mada dengan Sumpah Palapanya? Gajah Mada hampir berhasil menyatukan seluruh nusantara dengan segala pengorbanannya. Oleh karenanya muncul lah yang disebut sebagai Falsafah Kepemimpinan Gadjah Mada. Saat ini falsafah ini masih sangat relevan untuk diterapkan oleh sosok pemimpin bangsa ini.
Falsafah Kepemimpinan Gadjah Mada secara garis besar memuat tiga dimensi, yaitu (1) Spiritual, (2) Moral, dan (3) Manajerial. ( dikutip dari : http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/).
Dalam Dimensi Spiritual, Gadjah Mada menempatkan tiga prinsip yaitu wijaya, masihi samasta bhuwana, dan prasaja. Wijaya merupakan sikap tenang, sabar, dan bijaksana. Masihi samasta bhuwana merupakan sikap yang berwujud mencintai alam semesta. Sedangkan Prasaja yaitu sikap hidup sederhana. Tiga prinsip inilah yang menjadikan pondasi spiritual seorang pemimpin semakin kokoh dan menentramkan rakyatnya.
Dalam Dimensi Moral, Gadjah Mada menempatkan enam prinsip, yaitu: mantriwira yang berwujud berani membela dan menegakkan kebenaran dan keadilan; sarjawa upasama yang berupa sikap rendah hati; tan satrisna yang berbentuk sifat tidak pilih kasih; sumantri yang berwujud sikap tegas, jujur, bersih, berwibawa; sih samasta bhuwana yang berbentuk kondisi dicintai segenap lapisan masyarakat dan mencintai rakyat; nagara gineng pratijna yaitu mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, golongan, dan keluarga. 
Dan untuk Dimensi Manajerial sendiri, Gadjah Mada menempatkan sembilan prinsip, yaitu: natangguan yaitu mendapat dan menjaga kepercayaan dari masyarakat; satya bhakti prabhu yaitu loyal dan setia kepada nusa dan bangsa; wagmiwag yaitu pandai bicara dengan sopan; wicaksaneng naya yaitu pandai diplomasi, strategi, dan siasat; dhirotsaha yaitu sikap rajin dan tekun bekerja dan mengabdi untuk kepentingan umum; dibyacitta yaitu lapang dada dan bersedia menerima pendapat orang lain; nayaken musuh dengan sikap menguasai musuh dari dalam dan dari luar; ambek paramartha yaitu pandai menentukan prioritas yang penting, serta waspada purwartha yaitu sikap selalu waspada dan introspeksi untuk melakukan perbaikan.

Tidak perlu hal yang rumit dan pemahan filsafat yang njlimet untuk mengetahui kriteria pemimpin bangsa. Kompetensi spiritual, moral, dan manajerial yang merupakan pokok dari Falsafah Kepemimpinan Gadjah Mada adalah salah satu jawaban untuk menjawab karateristik pemimpin seperti apa yang dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia. Bangsa yang kuat, terletak pada Pemimpin yang Kuat! Dan Bangsa yang Hebat juga terletak pada Masyarakat yang Hebat!.  

Diposting oleh Agus Ramelan on Minggu, 28 Desember 2014
categories: edit post

0 komentar

Posting Komentar

Free Website templatesfreethemes4all.comLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Blog templatesFree Web Templates